Total Pageviews

Friday, July 5, 2013

Perenungan

Lagi mode pura-pura jadi Ilmuan. Semoga jadi Ilmuan sungguhan,
Saat berpose demikian aku membuat sebuah kalimat perenungan.

"Berjalanlah terus kamu. Meski langkahmu terasa berat. Walau harus dengan cara merangkak. Anda tidak akan pernah bisa memutar ulang waktu, atau sekedar menghentikannya. Karena penyesalan merupakan rasa sakit yang tidak ada obatnya."

Ada banyak waktu terbuang percuma saat aku mengerjakan Skripsi. Yah, meskipun demikian akhirnya mendekati akhir juga. 2 minggu untuk proposal, Bab I, II, dan III. Bab IV dan V juga dalam waktu 2 minggu. Sampai2 jari-jari tanganku lengket dengan keyboard. Mataku terasa perih dan sulit berkedip. Kepalaku terasa mendadak jadi besar dan berat. Pinggangku linu2 seperti lansia saja. Punggungku pun membungkuk karena terlalu lama duduk di depan komputer.

Tuesday, May 21, 2013

Teori Gerak Sejarah




 

TEORI GERAK SEJARAH MENURUT EMPAT TOKOH

            Filsafat Sejarah Spekulatif merupakan suatu perenungan filsafati mengenai tabiat atau sifat- sifat gerak sejarah, sehingga diketahui srtruktur-dalam  yang terkandung dalam proses gerak sejarah dalam keseluruhannya. Menurut Ankersmit  (1987: 17), umumnya  terdapat  tiga hal yang  menjadi  kajian  filsafat   sejarah  spekulatif,  yaitu pola  gerak  sejarah,  motor  yang menggerakkan proses sejarah, dan tujuan gerak sejarah.[1] Berikut teori- teori gerak sejarah menurut 4 tokoh.
1.Santo Augustinus

            Santo Augustinus adalah seorang pelopor dalam sejarah filsafat di zaman abad pertengahan (abad 6-16) M yang terkenal dengan bukunya “ The City Of God”.  St Augustinus mangganti akal dengan iman. Hakikat teori sejarah adalah suatu gerak yang tumbuh dan berkembang secara revolusi, karena menggambarkan peristiwa sejarah masa lampau secara kronologis. Urutan secara kronologis merupakan pokok teori untuk menggambarkan gerak sejarah. Teori gerak sejarah menurut St. Augustinus ditentukan oleh kehendak Tuhan. Hukum alam menjadi hukum Tuhan, kodrat alam menjadi kodrat Tuhan, Tuhan menentukan takdir, manusia menerima nasib. Gerak manusia bersifat pasif karena segala sesuatunya ditentukan oleh Tuhan. Agustinus tidak mempercayai bahwa sejarah adalah suatu siklus. Sejarah lebih dari itu,  ia merupakan kejadian yang diatur oleh Tuhan. Jadi, sejarah sebenarnya mempunyai suatu permulaan dan mempunyai akhir.[2] Santo Augustinus menerangkan bahwa tujuan gerak sejarah ialah terwujudnya kehendak Tuhan dalam civitas dei atau kerajaan tuhan.

2.Ibnu Khaldun
Ibn Kaldun merupakan sosok filosof yang membangun peradaban Islam yang tengah redup bersamaan dengan Renaisans Barat. Dengan melalui karyanya’’Al muqaddimah’’ serangkaian dengan kitab Al –‘Ibar dan Al- Ta’rif yang di dalamnya mengandung berbagai aspek kehidupan termasuk filsafat sejarah, bagaimana Ibn Khaldun memandang gerak sejarah.
Dari beberapa teori tentang gerak sejarah, para khaldunian telah berbeda pendapat dalam menganalisa gerak sejarah menurut Ibnu khaldun. Perbedaan ini terjadi karena Ibnu Khaldun dalam Al-Muqaddimah tidak menyebutkan teorinya tentang gerak sejarah secara eksplisit, tapi hanya menyebutkan secara implisit. Secara sederhana, mereka terbagi dalam tiga kelompok pemikiran.
Pertama, kelompok yang menyebutkan bahwa gerak sejarah menurut Ibnu Khaldun adalah Gerak Siklus. Kedua, adalah kelompok yang menyatakan bahwa gerak sejarah menurut Ibnu Khaldun adalah berpangkal kepada kehendak Tuhan. Sedangkan kelompok ketiga, mengungkapkan bahwa gerak sejarah menurut Ibnu Khaldun bukanlah Siklus ataupun Linier, teteapi spiral.
Toto Suharto mengutarakan pendapatnya dengan jelas bahwa teori gerak sejarah yang paling mendekati kepada maksud Ibnu Khaldun diantara tiga pendapat Khaldunian adalah sejarah menurut Ibnu Khaldun mengambil bentuk spiral dengan corak dialektis. Ia akan mengalami suatu proses siklus menuju evolusi dan progress, sehingga membentuk spiral. Akan tetapi, oleh karena kehancuran sebuah dinasti berarti berdirinya dinasti baru, maka sejarah mengambil corak yang dialektis.[3] 

3.Karl Mark
            Karl Heinrich Marx, lahir di Trier Jerman tahun 1818.  Ia adalah seorang tokoh ekonomi politik. Gerak sejarah menurut Karl Marx ialah bersifat linier atau progres. Disebutkan dalam manifesto komunis bahwa sejarah umat manusia dari dulu sampai sekarang adalah pertentangan antar kelas. Yang mana nanti pada akhirnya akan berujung pada materialisme. Pemikiran Marx di pengaruhi oleh gurunya yang bernama Hegel.
4.Petirim Sorokin

            Petirim Sorokin dengan nama lengkap Pitirim Alexandrovich Sorokin lahir di Rusia pada 21 Januari 1889. Beliau adalah seorang akademis dan aktivis politik di Rusia, ia beremigrasi dari Rusia ke Amerika Serikat pada tahun 1923. Ia mendirikan Departemen Sosiologi di Universitas Harvard. Dalam karyanya “Social and Cultural Dynamics” 1941. Ia menilai gerak sejarah dengan gaya, irama dan corak ragam yang kaya raya dipermudah, dipersingkat dan disederhanakan sehingga menjadi teori siklus.[4] Sorokin menyatakan bahwa gerak sejarah menunjukkan fluctuation of age to age, yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam. Sorokin dalam menafsirkan gerak sejarah tidak mencari pangkal gerak sejarah atau muara gerak sejarah, ia hanya melukiskan prosesnya atau jalannya gerak sejarah.[5]
Kesimpulan.
Ada beberapa  teori yang dikemukakan para filosof berkenaan dengan gerak sejarah, yaitu:
a.    Teori Siklus. Teori Siklus berpendapat bahwa sejarah itu bergerak melingkar. Setiap peristiwa historis akan selalu berulang kembali.
b. Teori Einmalig. Teori ini beranggapan bahwa Sejarah itu berjalan sekali saja. Apa yang terjadi dimasa lampau tidak akan terulang lagi, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
c. Teori  Linier. Teori Linier berasal dari pemikiran antroposentris tentang sejarah, bahwa segala peristiwa  di dunia dipandang sebagai berpusat pada manusia. Awal dari akhir peristiwa  historis dihubungkan oleh suatu rentetan peristiwa yang einmalig. Sejarah digambarkan sebagai proses perkembangan dari kurang sempurna menuju kesempurnaan sebagai garis lurus.
e.    Teori Spiral. Teori spiral dapat dikatakan sebagai perpaduan antara teori siklus dan linier. Bahwa sejarah itu memang se repete. Berulang terus, tapi perulangan itu dalam lingkaran spiral yang meningkat dan menaik ke arah kemajuan dan kesempurnaan. Sejarah dipandang sebagai garis lurus menuju progres dan perfeksi.[6].
Menurut pendapat saya gerak sejarah adalah spiral. Sebuah teori yang berada di tengah- tengah. Dalam beberapa kasus sejarah memang terulang ( Siklus ) meskipun dengan corak yang berbeda dengan sebelumnya, sejarah juga bergerak maju ( progres ). Menurut hemat pendapat saya, sejarah mengambil bentuk spiral. 


[1]  Mumuh Muhsin Z, Gerak Sejarah. ( Jatinangor: Universitas Padjadjaran, 2007), hal. 4
[2]  Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, akal dan hati sejak thales sampai Chapra. (Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2001), hal. 92.
[3]  Toto, Suharto, Epistemologi Sejarah Kritis Ibnu Khaldun, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2003),  hal. 102.
[4]  http://ilmumasud.wordpress.com/2010/12/04/perkembangan-teori-sejarah-%E2%80%9Cteori-gerak-sejarah%E2%80%9D/
[5] Hari Budiyanto.  Perkembangan Teori Sejarah.( Surakarta: Universitas Muhammadiyah, 2008)
[6] Toto Soeharto, Epistemologi Sejarah Kritis Ibnu Khaldun,, hal. 91-96

Filsafat Sejarah



PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, PEMBAGIAN
DALAM FILSAFAT SEJARAH

Istilah Filsafat sejarah digunakan pertama kali oleh Voltaire. Pernyataan ini terbukti terdapat di dalam bukunya La philosophie de l’histoire yang diterbitkan tahun 1765 di Amsterdam. Voltaire memaksudkan filsafat sejarah berbeda dari sejarah sebagai kehendak Tuhan. Filsafat sejarah dipakai Voltaire untuk menegaskan bahwa setiap peristiwa adalah kehendak manusia dan terjadi karena alasan-alasan. Di dalam bukunya Essay on the Customs and the Spirit of Nations yang dirilis tahun 1769, Voltaire memaksudkan filsafat sejarah sebagai metode kritis untuk menganalisis sejarah kebudayaan.
Filsafat sejarah memiliki tujuan khusus berbeda dengan sejarah atau ilmu sejarah. Tujuan filsafat sejarah adalah untuk menemukan dasar-dasar nilai dalam peristiwa sekaligus meneliti peluang kebenaran dan kesalahan dalam metodologi ilmu sejarah. Menurut Rustam E. Tamburaka, filsafat sejarah bertujuan:
a.       Menyelidiki sebab-sebab terakhir peristiwa sejarah agar dapat diungkap hakikat dan makna terdalamnya.
b.      Memberikan jawaban atas pertanyaan, “kemanakah arah sejarah”, serta menyelidiki semua sebab timbulnya perkembangan segala sesuatu.
c.       Membentuk visi sejarah seseorang agar menjadi luas dan mendalam.
d.      Membentuk pikiran sejarah seseorang agar menjadi analitis, kronologis dan arif-bijaksana.
e.       Membentuk dan menyusun isi, hakikat dan makna sejarah, sehingga mampu menyusun pandangan Dunia untuk filsafat sejarah Dunia atau pandangan nasional untuk filsafat sejarah Nasional Indonesia.[1]
            Menurut Prof. Rustam, ruang lingkup filsafat sejarah ada dua. Pertama, filsafat sejarah berusaha mengetahui sebab-sebab pasti sebuah kejadian yang berpengaruh di dalam sejarah. Kedua, filsafat sejarah berusaha menguji kemampuan beberapa metode ilmu sejarah dan memberi penilaian tentang hasil analisis dan kesimpulan-kesimpulan terhadap suatu karya sejarah.[2]
             Merujuk pada ruang lingkup filsafat sejarah yang secara mendasar bertujuan menemukan dasar metodologi dan dasar normatif peristiwa kesejarahan atau historiografi, maka pembagian filsafat sejarah juga bisa diasosiasikan demikian adanya. Artinya, filsafat sejarah langsung bisa dibagi menjadi dua kecenderungan besar. Pertama adalah filsafat sejarah yang konsern pada metodologi historiografi dan biasa disebut sebagai filsafat sejarah kritis atau filsafat sejarah analitik. Kedua adalah filsafat sejarah yang fokus pada penemuan ide-ide normatif peristiwa masa lalu dan disebut dengan filsafat sejarah spekulatif.
Filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang berusaha memberikan jawaban terhadap pertanyaan mengenai makna dari suatu proses peristiwa sejarah. Dalam suatu peristiwa sejarah, terdapat banyak makna yang tersirat dan tersurat di dalamnya yang harus diungkap secara jelas agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsirannya.
 Filsafat sejarah kritis atau analisis membahas tentang kebenaran sumber atau sarana-sarana. Persoalan yang dihadapinya adalah adalah tentang penjelasan sejarah atau pada khususnya masalah penyebab atau sebab-akibat. Sejarah mengkaji cara-cara tertentu yang digunakan untuk menjelaskan suatu masalah, seperti sebab jangka panjang dan jangka pendek, sedangakan sejarah kritis menjelaskan masalah bentuk-bentuk penjelasan dalam berbagai unsurnya, baik bersifat determinisme maupun indeterminisme.
Filsafat sejarah spekulatif berusaha untuk menemukan suatu struktur dasar dalam keseluruhan arus sejarah. Filsafat sejarah spekulatif tidak puas pada penggambaran keadaan masa silam, sehingga pencarian terhadap suatu struktur dalam yang tersembunyi dalam proses sejarah tersebut dilakukan secara lebih mendalam. Dari pandangan ini kemudian muncullah teori tentang gerak sejarah, yaitu teori gerak maju, teori gerak mundur dan teori perputaran sejarah.
Menurut Sartono Kartodirdjo, metodologi sejarah sering disebut juga filsafat sejarah kritis-analisis dan bukan filsafat sejarah spekulatif. Penjelasan sejarah bertujuan untuk memperjelas suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau sehingga dapat dipahami secara keseluruhan. Penjelasan dilakukan dengan berdasarkan pola yang logis dan dapat dicerna oleh akal. Dalam penjelasan sejarah, suatu peristiwa akan mencerminkan hubungan yang sifatnya khusus, yaitu kondisi yang dialami oleh suatu masyarakat, dengan teori-teori tentang masyarakat secara umum.



[1] Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan Iptek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal.143.
[2]  Ibid, hal. 144

Thursday, May 16, 2013

TUGAS ETNOGRAFI


Nama               : Moh. Nur Salim
NIM                : A02209016
Sem/ Jur          : VII/ SPI A

SANTRI MA’HAD TAQWIMUL UMMAH (TAQUMA)

SETING LOKASI
SUASANA
REFLEKSI

·         Jl.Jemur Ngawinan no.54, Jemur Sari, Wonocolo Surabaya

·         Ma’had Taquma

·         Penelitian mulai tanggal 6 Oktober- 27 September 2012






·         Santri di Ma’had Taquma rata-rata terdiri dari mahasiswa, ada juga pekerja, dan sebagian telah lulus kuliah. Mayoritas mahasiswa IAIN, tapi ada juga mahasiswa dari UNAIR, STIS Jl. Andayani, Ma’had Aly Masjid Al Akbar Surabaya, dan Untag.
·         Ada cirik khas di Ma’had ini yang lain dari pada yang lain. Kiyai pengasuh tidak hanya memberi siraman Rohani tetapi juga siraman Jasmani.
·         Santri tidak terorganisasi dengan baik. Tidak ada peraturan yang jelas.
·         Apabila shalat Jama’ah di Masjid kebanyakn santri jadi makmun masbuk.
·         Santri kurang menghormati Kiyai.
·         Jiwa budaya kegotong- royongan ala pesantren  yang nyaris tidak terlihat.
·         Tidak ada struktur Organisasi Pesantren yang jelas
·         Ketua Ma’had hanya simbolis, tanpa peran yg berarti.
·         Kiyai (Pengasuh pondok ) yang kurang karismatik
·         Tidak ada Tokoh yang berwibawa dan berpengaruh dari santri.
·         Kesadaran meninggalkan kebiasaan kurang baik dan memulai kebaikan harus dimulai dari diri sendiri.
·         Sikap saling hormat menghormati harus dipraktekan. Baik santri kepada Kiyai, atau sebaliknya.
·         Komunikasi antar Kiyai dan santri harusnya lebih intens.





Secara umum, meneliti tidak sebatas menemukan dan membukukan informasi yang berdasarkan fakta, tetapi juga mengeksplorasi opini, kebiasaan, dan anomali yang tampak kemudian mengevaluasi dampaknya. Penelitian etnografis ini merupakan tugas mata kuliah Etnografi yang dibebankan pada setiap mahasiswa termasuk saya, dan ma’had Taqwimul Ummah ( Taquma ) adalah tempat yang saya pilih untuk penelitian tersebut.
            Singkat cerita, saya sudah sekitar 1 tahun lebih nyantri di ma’had Taqwimul Ummah ( Taquma ). Sekarang pun saya masih berstatus santri di sana. Ada banyak hal yang menurut saya menarik untuk diteliti, ada sesuatu yang lain dari pada yang lain di ma’had tersebut. Sepertinya cocok untuk obyek belajar menjadi Etnografer.
            Saya memang sudah akrab dengan penghuni ma’had Taquma, sehingga budaya atau bahkan karakter para santri secara tidak sengaja kuketahui. Tetapi, mengetahui budaya lebih jauh dan dengan sengaja melakukan penelitian etnografi baru kumulai tanggal 6 Oktober- 27 September 2012.
            Yayasan Taqwimul Ummah berlokasi di Jl.Jemur Ngawinan no.54, Jemur Sari, Wonocolo Surabaya. Terdapat Sekolah Dasar yang cukup diminati dilingkungan sekitar. Bisa dilihat dari jumlah murid SD yang kira- kira berjumlah hamper 400 an. Jika melihat SD Islam Swasta dengan murid sebanyak itu, maka bisa diperkirakan sejarah besar ada di baliknya.
 Terdapat masjid yang dinamakan Masjid Al Jawahir. Merupakan pusat kegiatan santri, murid SD, dan para Jama’ah dari penduduk sekitar. Bila kita berjalan ke Timur, dari pertigaan jl. A. Yani jurusan rungkut, maka sekitar 100 an meter bila kita berkesempatan menoleh ke kanan ( selatan ) maka kita akan melihat deretan tulisan SD Taqwimul Ummah (TAQUMA ), MA’HAD TAQUMA, Masjid Al- Jawahir, dan di jembatan depan yayasan, ada tulisan cukup mentereng “SUPERMARKET KAMBING “. Pengasuh yayasan adalah KH. Abdul Cholik, anak beliau seorang pengusaha penjualan kambing yang letaknya masih di kompleks yayasan. Jadi, jangan heran kalau aroma khas kambing tercium oleh hidung.
Sedikit sejarah Ma’had Taquma yang kuperoleh dari hasil wawancara. Ma’had Taquma ini adalah salah satu pondok pesantren salaf tertua di Surabaya, bahkan dikatakan lebih tua dari Pon. Pes Sidorosemo. Dengan sedikit berbangga, pemuda keturunan Ndalem ini ( Gus Arif ) berkata kalau Ibu Khofifah pesaing Pak de Karwo dalam pilgub Jatim adalah alumni SD Taquma. Memang tradisi NU sangat kental disini, bahkan diceritakan bahwa Gus Dur ketika masih hidup sering mampir ke Ndalem pengasuh Yayasan Taquma. Selain masih ada hubungan family, juga pastinya urusan politik.
 KH. Mbah Jawahir dikisahkan sebagi tokoh yang bersejarah hingga digunakan untuk nama masjid. Konon beliaulah perintis pendidikan Islam di Jemur Ngawinan. Tidak ada yang tau persis kapan Ma’had Taquma berdiri, tetapi yang jelas hampir setua Masjid Jawahir yang dulunya surau ( Musholla ) yang terus mengalami renovasi dalam sejarah perkembangannya. Sedangkan SD nya berdiri tahun 1978. Bangunan pondok Taquma memang menyatu dengan masjid, berada di sebelah barat masjid. Terdiri dari 2 kamar berukuran sekitar 18 m x 7 m. Sedangkan disampingnya lagi ada 2 bangunan pondok  berukuran sekitar 7 x 7 m yang proyek pengerjaannya masih tertunda. Jumlah santri saat ini hanya berjumlah 20 orang termasuk saya. Dua orang lulusan S2, 4 orang lulusan S1, dan sisanya masih kuliah S1 dan sisanya lagi para pekerja pabrik dan restoran. Mayoritas memang mahasiswa IAIN, sebagian lainnya UNAIR, STIS Jl. Andayani, Ma’had Aly Masjid Al Akbar Surabaya, Untag dan ada juga yang berstatus bukan mahasiswa, yakni bekerja. 
Waktunya saya bercerita tentang tradisi para santri di ma’had kecil ini. Ada banyak cerita, tetapi saya orangnnya malas mengetik. Kegiatan santri mulai Sholat jama’ah Shubuh sampai Shubuh lagi hampir sama dengan pondok mahasiswa di Surabaya pada umumnya. Ngaji kitab kuning pada hari Senin- Kamis ba’da jama’ah Magrib dan Shubuh oleh seorang Ustadz. Tetapi yang menjadi cirri khas di pon.pes Taquma adalah tidak hanya memberikan siraman Rohani tetapi juga siraman Jasmani. Jika ada razia, bagi santri yang molor saat Sholat berjama’ah akan disiram segayung air dari tempat wudhu. Pengasuh yayasan sekaligus Imam Masjid ini punya cara yang khas untuk mendidik santrinya. Beliau selalu masuk kamar dengan se bak air dan gayung. Sehingga ada sebutan geng Guyang ( Kelompok anak langanan kena siram ),beruntung saya adalah salah satunya. Santri di sana terjangkit budaya yang kurang baik, di antaranya selalu terlambat Sholat berjamaah, apabila dengar iqomat baru ambil air wudhu, hanya Affan si Rois Santri saja yang wudhu setelah adzan. Tidak ada yang mau bersih- bersih pondok, jadwal kebersihan hanya hiasan dinding. Jika hari minggu baru setelah dapat tekanan dari Rois beberapa santri mau bersih- bersih, sebagian yang merasa senior tetep lanjut molor. Bisa dibayangkan kumuhnya pondok. Selalu terlambat bayar SPP, tapi tak pernah terlambat untuk beli rokok dan kopi.
Pesantren punya budaya khas, faktanya di mana- mana pesantren di Indonesia pengasuh pondok ( Kiyai ) punya otoritas yang kuat. Bahkan, karismanya mengalahkan Presiden. Akan tetapi fakta itu tidak berlaku di Ma’had Taquma. Kiyai justru jadi bahan rasan- rasanan santrinya. Dari hasil dialog dengan Affan ( Rois Santri ), KH. Abdul Cholik bukanlah putra Mahkota dari Raja ( Kiyai ) sebelumnya. KH. Idris ( Almarhum) adalah pengasuh Ma’had Taquma yang ‘Alim dan disegani. Banyak pihak berharap Ust. Fasih ( Ustadz pengajar kitab kuning setelah Magrib dan Shubuh) yang merupakan putra beliau maju mengantikan Ayahnya memimpin Yayasan. Akan tetapi, KH. Abdul Cholik yang berkecimpung di dunia politik dan kurang basic dalam hal keagamaan menurut banyak versi melakukan “kudeta” terhadap saudaranya KH. Idris. Inilah saya kira hal yang mendasari kepemimpinan KH. Cholik penuh dengan kontroversi, meskipun ada juga oknum yang pro.
Hasil wawancara dengan para santri, saya dapat menyimpulkan bahwa alasan mereka memilih mondok di Ma’had Taquma adalah karena biayanya yang super murah, bahkan bisa ngutang. Bayangkan saja, tidak ada pungutan apapun, kecuali iuran listrik perorang 10 ribu saja perbulan. Ngaji kitab kuning pun banyak yang tidak beli kitab. Kiyai tidak mengajar ngaji, tapi mewajibkan Istighosah, dziba’an, tahlilan dan dzikir- dzikir yang panjang dan melelahkan. Sebagai contoh, sebulan sekali dalam bulan tahun Hijriyah ada rutinitas malam 11 an. Lamanya Istighosah mulai ba’da Isyak sampai jam 9 an lebih. Sepertinya Kiyai tidak punya standar dalam mengasuh santri seperti yang dituduhkan para santrinya sendiri yang mayoritas mahasiswa IAIN jebolan pesantren semasa sekolah setingkat SMA. Kiyai ( H. Kholik ) punya cara yang kontroversi dalam membangunankan santri untuk shalat Jama’ah. Pada saat adzan dikumandangkan, jika ada santri yang belum bangun dari tidur maka akan disiram dengan segayung air hingga basah kuyup. Sebenarnya banyak yang tidak suka dengan cara ini. Dari surve yang kuperoleh mereka rela disiram jika tidak ikut jama’ah karena tidur, tetapi jika baru adzan kenapa disiram. Alangkah baiknya jika dibangunkan denagn cara halus, tetapi jika tetap tidak mengindahkan dan tetap tidur lagi tanpa ikut shalat berjama’ah maka disiram bukanlah masalah, kata Zubair Mahasiswa akhir di Ma’had Aly  Masjid al Akbar Surabaya.
Beginilah data yang kuperoleh. Para santri Ma’had Taquma tidak menghormati Kiyai, akibatnya mereka malas mengikuti kegiatan yang diwajibkan. Struktur kepengurusan pesantren yang tidak jelas juga menjadikan santri tidak terorganisasi dengan baik. Kurangnya komunikasi antara Kiyai dan Santri juga membuat masalah tetap sulit terselesaikan. Sebagai etnografer saya berusaha untuk obyektif, tetapi pastinya tetap tidak bisa bersih dari subyektifitas. Apalagi yang saya teliti adalah masyarakat yang saya sendiri ada di dalamnya. Tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam tulisan ini. Akhirnya saya mohon maaf dan terima kasih kepada Bapak Dr. Nur fuad telah bersedia membacanya.