Total Pageviews

Tuesday, May 21, 2013

Filsafat Sejarah



PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, PEMBAGIAN
DALAM FILSAFAT SEJARAH

Istilah Filsafat sejarah digunakan pertama kali oleh Voltaire. Pernyataan ini terbukti terdapat di dalam bukunya La philosophie de l’histoire yang diterbitkan tahun 1765 di Amsterdam. Voltaire memaksudkan filsafat sejarah berbeda dari sejarah sebagai kehendak Tuhan. Filsafat sejarah dipakai Voltaire untuk menegaskan bahwa setiap peristiwa adalah kehendak manusia dan terjadi karena alasan-alasan. Di dalam bukunya Essay on the Customs and the Spirit of Nations yang dirilis tahun 1769, Voltaire memaksudkan filsafat sejarah sebagai metode kritis untuk menganalisis sejarah kebudayaan.
Filsafat sejarah memiliki tujuan khusus berbeda dengan sejarah atau ilmu sejarah. Tujuan filsafat sejarah adalah untuk menemukan dasar-dasar nilai dalam peristiwa sekaligus meneliti peluang kebenaran dan kesalahan dalam metodologi ilmu sejarah. Menurut Rustam E. Tamburaka, filsafat sejarah bertujuan:
a.       Menyelidiki sebab-sebab terakhir peristiwa sejarah agar dapat diungkap hakikat dan makna terdalamnya.
b.      Memberikan jawaban atas pertanyaan, “kemanakah arah sejarah”, serta menyelidiki semua sebab timbulnya perkembangan segala sesuatu.
c.       Membentuk visi sejarah seseorang agar menjadi luas dan mendalam.
d.      Membentuk pikiran sejarah seseorang agar menjadi analitis, kronologis dan arif-bijaksana.
e.       Membentuk dan menyusun isi, hakikat dan makna sejarah, sehingga mampu menyusun pandangan Dunia untuk filsafat sejarah Dunia atau pandangan nasional untuk filsafat sejarah Nasional Indonesia.[1]
            Menurut Prof. Rustam, ruang lingkup filsafat sejarah ada dua. Pertama, filsafat sejarah berusaha mengetahui sebab-sebab pasti sebuah kejadian yang berpengaruh di dalam sejarah. Kedua, filsafat sejarah berusaha menguji kemampuan beberapa metode ilmu sejarah dan memberi penilaian tentang hasil analisis dan kesimpulan-kesimpulan terhadap suatu karya sejarah.[2]
             Merujuk pada ruang lingkup filsafat sejarah yang secara mendasar bertujuan menemukan dasar metodologi dan dasar normatif peristiwa kesejarahan atau historiografi, maka pembagian filsafat sejarah juga bisa diasosiasikan demikian adanya. Artinya, filsafat sejarah langsung bisa dibagi menjadi dua kecenderungan besar. Pertama adalah filsafat sejarah yang konsern pada metodologi historiografi dan biasa disebut sebagai filsafat sejarah kritis atau filsafat sejarah analitik. Kedua adalah filsafat sejarah yang fokus pada penemuan ide-ide normatif peristiwa masa lalu dan disebut dengan filsafat sejarah spekulatif.
Filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang berusaha memberikan jawaban terhadap pertanyaan mengenai makna dari suatu proses peristiwa sejarah. Dalam suatu peristiwa sejarah, terdapat banyak makna yang tersirat dan tersurat di dalamnya yang harus diungkap secara jelas agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsirannya.
 Filsafat sejarah kritis atau analisis membahas tentang kebenaran sumber atau sarana-sarana. Persoalan yang dihadapinya adalah adalah tentang penjelasan sejarah atau pada khususnya masalah penyebab atau sebab-akibat. Sejarah mengkaji cara-cara tertentu yang digunakan untuk menjelaskan suatu masalah, seperti sebab jangka panjang dan jangka pendek, sedangakan sejarah kritis menjelaskan masalah bentuk-bentuk penjelasan dalam berbagai unsurnya, baik bersifat determinisme maupun indeterminisme.
Filsafat sejarah spekulatif berusaha untuk menemukan suatu struktur dasar dalam keseluruhan arus sejarah. Filsafat sejarah spekulatif tidak puas pada penggambaran keadaan masa silam, sehingga pencarian terhadap suatu struktur dalam yang tersembunyi dalam proses sejarah tersebut dilakukan secara lebih mendalam. Dari pandangan ini kemudian muncullah teori tentang gerak sejarah, yaitu teori gerak maju, teori gerak mundur dan teori perputaran sejarah.
Menurut Sartono Kartodirdjo, metodologi sejarah sering disebut juga filsafat sejarah kritis-analisis dan bukan filsafat sejarah spekulatif. Penjelasan sejarah bertujuan untuk memperjelas suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau sehingga dapat dipahami secara keseluruhan. Penjelasan dilakukan dengan berdasarkan pola yang logis dan dapat dicerna oleh akal. Dalam penjelasan sejarah, suatu peristiwa akan mencerminkan hubungan yang sifatnya khusus, yaitu kondisi yang dialami oleh suatu masyarakat, dengan teori-teori tentang masyarakat secara umum.



[1] Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan Iptek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal.143.
[2]  Ibid, hal. 144

No comments: