TEORI
GERAK SEJARAH MENURUT EMPAT TOKOH
Filsafat
Sejarah Spekulatif merupakan suatu perenungan filsafati mengenai tabiat atau
sifat- sifat gerak sejarah, sehingga diketahui srtruktur-dalam yang terkandung dalam proses gerak sejarah
dalam keseluruhannya. Menurut Ankersmit
(1987: 17), umumnya terdapat tiga hal yang
menjadi kajian filsafat
sejarah spekulatif, yaitu pola
gerak sejarah, motor
yang menggerakkan proses sejarah, dan tujuan gerak sejarah.[1]
Berikut teori- teori gerak sejarah menurut 4 tokoh.
1.Santo Augustinus
Santo Augustinus adalah seorang
pelopor dalam sejarah filsafat di zaman abad pertengahan (abad 6-16) M yang
terkenal dengan bukunya “ The City Of God”. St Augustinus mangganti akal
dengan iman. Hakikat teori sejarah adalah suatu gerak yang tumbuh dan
berkembang secara revolusi, karena menggambarkan peristiwa sejarah masa lampau
secara kronologis. Urutan secara kronologis merupakan pokok teori untuk
menggambarkan gerak sejarah. Teori gerak sejarah menurut St. Augustinus
ditentukan oleh kehendak Tuhan. Hukum alam menjadi hukum Tuhan, kodrat alam
menjadi kodrat Tuhan, Tuhan menentukan takdir, manusia menerima nasib. Gerak
manusia bersifat pasif karena segala sesuatunya ditentukan oleh Tuhan. Agustinus
tidak mempercayai bahwa sejarah adalah suatu siklus. Sejarah lebih dari itu, ia merupakan kejadian yang diatur oleh Tuhan.
Jadi, sejarah sebenarnya mempunyai suatu permulaan dan mempunyai akhir.[2]
Santo Augustinus menerangkan bahwa tujuan gerak sejarah ialah terwujudnya
kehendak Tuhan dalam civitas dei atau kerajaan tuhan.
2.Ibnu
Khaldun
Ibn Kaldun merupakan sosok filosof yang membangun
peradaban Islam yang tengah redup bersamaan dengan Renaisans Barat. Dengan
melalui karyanya’’Al muqaddimah’’ serangkaian dengan kitab Al –‘Ibar dan Al-
Ta’rif yang di dalamnya mengandung berbagai aspek kehidupan termasuk filsafat
sejarah, bagaimana Ibn Khaldun memandang gerak sejarah.
Dari beberapa teori
tentang gerak sejarah, para khaldunian telah berbeda pendapat dalam menganalisa
gerak sejarah menurut Ibnu khaldun. Perbedaan ini terjadi karena Ibnu Khaldun
dalam Al-Muqaddimah tidak
menyebutkan teorinya tentang gerak sejarah secara eksplisit, tapi hanya
menyebutkan secara implisit. Secara sederhana, mereka terbagi dalam tiga
kelompok pemikiran.
Pertama,
kelompok yang menyebutkan bahwa gerak sejarah menurut Ibnu Khaldun adalah Gerak
Siklus. Kedua, adalah kelompok yang
menyatakan bahwa gerak sejarah menurut Ibnu Khaldun adalah berpangkal kepada
kehendak Tuhan. Sedangkan kelompok ketiga, mengungkapkan bahwa gerak
sejarah menurut Ibnu Khaldun bukanlah Siklus ataupun Linier, teteapi spiral.
Toto Suharto
mengutarakan pendapatnya dengan jelas bahwa teori gerak sejarah yang paling
mendekati kepada maksud Ibnu Khaldun diantara tiga pendapat Khaldunian adalah
sejarah menurut Ibnu Khaldun mengambil bentuk spiral dengan corak dialektis. Ia
akan mengalami suatu proses siklus menuju evolusi dan progress, sehingga
membentuk spiral. Akan tetapi, oleh karena kehancuran sebuah dinasti berarti
berdirinya dinasti baru, maka sejarah mengambil corak yang dialektis.[3]
3.Karl Mark
Karl Heinrich
Marx, lahir di Trier Jerman tahun 1818.
Ia adalah seorang tokoh ekonomi politik. Gerak sejarah menurut Karl Marx ialah bersifat linier atau progres.
Disebutkan dalam manifesto komunis bahwa sejarah umat manusia dari dulu sampai
sekarang adalah pertentangan antar kelas. Yang mana nanti pada akhirnya akan berujung
pada materialisme. Pemikiran Marx di pengaruhi oleh gurunya yang bernama Hegel.
4.Petirim Sorokin
Petirim
Sorokin dengan nama lengkap Pitirim Alexandrovich Sorokin lahir di Rusia pada
21 Januari 1889. Beliau adalah seorang akademis dan aktivis politik di Rusia,
ia beremigrasi dari Rusia ke Amerika Serikat pada tahun 1923. Ia mendirikan
Departemen Sosiologi di Universitas Harvard. Dalam
karyanya “Social and Cultural Dynamics” 1941. Ia menilai gerak sejarah dengan
gaya, irama dan corak ragam yang kaya raya dipermudah, dipersingkat dan
disederhanakan sehingga menjadi teori siklus.[4]
Sorokin menyatakan bahwa gerak sejarah menunjukkan fluctuation of age to age,
yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam. Sorokin dalam
menafsirkan gerak sejarah tidak mencari pangkal gerak sejarah atau muara gerak
sejarah, ia hanya melukiskan prosesnya atau jalannya gerak sejarah.[5]
Kesimpulan.
Ada
beberapa teori yang dikemukakan para
filosof berkenaan dengan gerak sejarah, yaitu:
a.
Teori Siklus. Teori Siklus
berpendapat bahwa sejarah itu bergerak melingkar. Setiap peristiwa historis
akan selalu berulang kembali.
b. Teori
Einmalig. Teori ini beranggapan bahwa Sejarah itu berjalan sekali saja. Apa
yang terjadi dimasa lampau tidak akan terulang lagi, baik di masa sekarang
maupun di masa yang akan datang.
c. Teori Linier. Teori Linier berasal dari
pemikiran antroposentris tentang sejarah, bahwa segala peristiwa di dunia dipandang sebagai berpusat pada
manusia. Awal dari akhir peristiwa
historis dihubungkan oleh suatu rentetan peristiwa yang einmalig.
Sejarah digambarkan sebagai proses perkembangan dari kurang sempurna menuju
kesempurnaan sebagai garis lurus.
e.
Teori Spiral. Teori spiral
dapat dikatakan sebagai perpaduan antara teori siklus dan linier. Bahwa sejarah
itu memang se repete. Berulang terus, tapi perulangan itu dalam
lingkaran spiral yang meningkat dan menaik ke arah kemajuan dan kesempurnaan.
Sejarah dipandang sebagai garis lurus menuju progres dan perfeksi.[6].
Menurut
pendapat saya gerak sejarah adalah spiral. Sebuah teori yang berada di
tengah- tengah. Dalam beberapa kasus sejarah memang terulang ( Siklus )
meskipun dengan corak yang berbeda dengan sebelumnya, sejarah juga bergerak
maju ( progres ). Menurut hemat pendapat saya, sejarah mengambil bentuk
spiral.
[2] Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, akal
dan hati sejak thales sampai Chapra. (Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2001),
hal. 92.
[3] Toto, Suharto, Epistemologi Sejarah Kritis
Ibnu Khaldun, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2003), hal. 102.
[4]
http://ilmumasud.wordpress.com/2010/12/04/perkembangan-teori-sejarah-%E2%80%9Cteori-gerak-sejarah%E2%80%9D/
[5] Hari
Budiyanto. Perkembangan Teori Sejarah.(
Surakarta: Universitas Muhammadiyah, 2008)
[6] Toto Soeharto, Epistemologi
Sejarah Kritis Ibnu Khaldun,, hal. 91-96